VIVAnews - Ada sifat kepahlawanan dalam diri setiap manusia. Namun, untuk menjadi pahlawan, seseorang harus rela berkorban, termasuk memberikan nyawanya.
Sikap luar biasa itulah yang ditunjukan Kepala Laboratorium Eijkman, Prof Dr Achmad Mochtar.
Kepalanya dipenggal, tubuhnya digilas traktor tentara Jepang untuk menutupi skandal vaksin tetanus beracun.
Kisah tragis itu terjadi pada tahun 1945. Seorang ilmuwan dari Unit Riset Klinis Oxford University, Inggris, Kevin Baird ikut mengungkap misteri di balik kematian salah satu ilmuwan terbesar Indonesia itu.
Temuan Kevin Baird menegaskan bahwa Achmad Mochtar tak sekedar martir bagi negara Indonesia, tapi juga bagi profesinya sebagai ilmuwan. Dia adalah pahlawan yang mengorbankan hidupnya agar para stafnya bisa lolos dari kematian.
Baird -- Direktur Oxford University Clinical Research Unit di Jakarta -- menghabiskan waktu beberapa bulan untukmenginvestigasi tewasnya Achmad Mochtar -- yang saat itu dituduh bertanggung jawab atas kematian para romusha di Kampung Klender, Juli 1944.
Seperti dimuat The Observer, senyatanya kematian Achmad Mochtar adalah hasil dari kegagalan eksperimen medis yang dilakukan pemerintah Jepang.
Para romusha diberi vaksin tetanus buatan para dokter Jepang -- sebelum vaksin itu diberikan kepada para tentara dan penerbang Jepang.
Vaksin itu gagal, 900 romusha tewas saat itu.
Untuk menutup-nutupi skandal itu, Jepang menyalahkan Mochtar dan stafnya di Eijkman -- yang memberikan vaksin.
Para dokter itu dipenjara pada Oktober 1944. Mereka dipukuli, disundut api, dan disetrum listrik. Satu di antara mereka tewas.
Jepang lalu membebaskan semua staf kecuali Mochtar. Baid -- sang investigator -- menemukan fakta bahwa Mochtar jadi kambing hitam -- dipenggal dan dilindas -- demi membela para stafnya.
Achmad Mochtar bukan hanya pahlawan bagi Indonesia, ia adalah pahlawan bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan," kata Baird kepada Observer.
"Dia mengorbankan semuanya, bahkan istrinya yang harus menjanda. Dia menyerahkan diri untuk para stafnya, kolega, dan teman-temannya."
Hal yang sama juga ditemukan investigator lainnya, Sjamshidajat Ronokusumo. "Dia tewas sebagai martir, untuk melindungi para bawahannya. Butuh 65 tahun untuk menguak tabir kematian Achmad Mochtar.
Senin, 02 Agustus 2010
Mengapa kita tak bisa berhenti saling benci?
(IST)
INILAH.COM, California - Setelah sebelumnya melemparkan pesan kebencian lewat kaos bertuliskan "Islam Is Of The Devil", kali ini Gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida berencana untuk melakukan aksi yang lebih kontroversional dengan menyerukan agar warga Amerika Serikat untuk membakar Al-Quran pada tanggal 11 September selama peringatan sembilan tahun penyerangan 11 September.
Lewat kampanye mereka yang mencanangkan "International Burn a Koran Day" (Hari internasional membakar Al-Quran) yang dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 11 September mendatang, di sejumlah media maya, seperti facebook dan youtube, gereja itu mengajak orang untuk ikut mendukung gerakan tersebut.
Pun begitu, gerakan tersebut justru mendapat kecaman dari umat kristiani sendiri. Asosiasi Nasional Evangelis, kelompok evangelis terbesar di AS, mengeluarkan pernyataan mendesak gereja untuk membatalkan acara tersebut. Peringatan yang dibarengi dengan pembakaran Al Quran itu bisa menimbulkan ketegangan di seluruh dunia antara kedua agama, Islam dan Nasrani.
"Mari kita mengembangkan hubungan kepercayaan dan menghormati agama lain. Kita semua adalah ciptaan-Nya. Oleh karena itu marilah saling menghormati," demikian sikap Asosiasi Nasional Evangelis.
Council on American-Islamic Relations (CAIR) di Amerika juga tak terprovokasi. Lembaga tersebut menyerukan umat Islam Amerika untuk menanggapi rencana gila gereja Florida yang mengkampanyekan hari internasional membakar Al-Quran, dengan menyelenggarakan pendidikan "Berbagi Al-Quran" pada acara berbuka puasa bersama di bulan Ramadhan, di mana Al-Quran akan dibagikan kepada tetangga, masyarakat dan aparat penegak
hukum dan wartawan.
"Masyarakat muslim di Amerika dan orang-orang yang memiliki hati nurani harus mendukung upaya pendidikan yang positif untuk menolak penyebaran Islamophobia," kata Juru Bicara CAIR Ibrahim Hooper.
Seperti dilansir CNN, pimpinan gereja tersebut, Pastor Terry Jones, gencar mengampanyekan aksi tercela tersebut di sejumlah jejaring sosial. Halaman Facebook yang dibuat Jones kini telah memiliki 1.600 penggemar, jumlah tersebut justru kalah tanding dari grup lain yang didirikan dengan maksud melawan intoleransi yang tidak menghormati orang-orang muslim dengan jumlah keanggotaan sebanyak 3.100 penggemar.
"Kami percaya bahwa Islam adalah setan, yang menyebabkan jutaan orang masuk neraka. Itu adalah agama menipu, itu adalah agama kekerasan dan itu terbukti," kata Pastor Terry Jones seperti dilansir BBC.
Selain lewat situs jejaring sosial facebook, kampanye hari internasional membakar Al-Quran juga dipromosikan lewat situs berbagi video Youtube dengan pendeta Wayne Sapp sebagai pengkhotbah. [bay/mah]
Minggu, 25 Juli 2010
"Sidang Susila" Dipentaskan Teater Syahid Mengkritik Hukum
Selasa, 20 Juli 2010
KONSEP DASAR SEHAT SAKIT DALAM KONTEKS PATOFISIOLOGI
- Setiap individu adalah unik dalam susunan genetiknya, sehingga di dunia ini tidak ada dua individu sekalipun yang dapat mencapai kesamaan yang tepat 100%, kecuali kembar identik yang berasal dari satu telur (Gambar 4).
- Setiap individu memiliki perbedaan dalam pengalaman hidup dan interaksinya dengan lingkungan.
- Pada setiap individu terdapat fluktuasi nilai-nilai normal suatu variabel karena adanya mekanisme pengendalian fisiologis tubuh terhadap setiap perubahan internal maupun ekternal. Umpamanya, konsentrasi glukosa darah pada seseorang yang sehat akan berbeda secara bermakna pada berbagai waktu dalam sehari, bergantung pada asupan makanan, kegiatan-kegiatan orang itu dan sebagainya. Variasi ini umumnya terjadi dalam batas tertentu. Situasi ini dapat dianalogkan dengan ruangan yang suhunya diatur oleh termostat, suhu dalam ruangan tersebut dapat sedikit turun di bawah suhu yang diinginkan sebelum terdeteksi oleh termostat. Kemudian tindakan korektif yang dicetuskan oleh termostat itu dapat sedikit melebihi batas suhu yang diinginkan, sebelum masukan panas terhenti. Memang variasi dalam suhu badan semacam itu terjadi pada semua orang, meskipun dalam keadaan normal.
- Variasi nilai hasil pengukuran dapat terjadi karena kesalahan atau ketidakcermatan dalam proses pengukuran.
- Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi tubuh dalam keadaan normal. Fisiologi menjelaskan bagaimana setiap bagian tubuh dalam berbagai sistem bekerjasama secara harmonis untuk mempertahankan keadaan lingkungan internal yang homeostasis. Sebagai contoh, sistem gastrointestinal untuk mencerna dan menyerap makanan, sistem pernapasan untuk mengambil O2 dan mengeluarkan CO2, sistem perkemihan untuk membuang zat sisa; sistem kardiovaskular untuk mendistribusikan makanan, O2, dan produk-produk metabolisme; sistem reproduksi untuk memperbanyak spesies; dan sistem saraf serta endokrin untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan fungsi-fungsi sistem lain.
- Patologi adalah ilmu tentang penyakit, lebih berfokus pada upaya mengidentifikasi perubahan morfologis tubuh (organ, jaringan, sel) untuk kepentingan diagnosis penyakit. Sebagai ilmu dasar (teoritis), patologi dapat diartikan sebagai biologi abnormal. Dalam konteks ilmu kedokteran, patologi telah berkembang sebagai spesialisasi kedokteran klinis (ilmu terapan, praktis). Spesialis patologi anatomi (termasuk patologi bedah, sitopatologi, patologi otopsi) melibatkan diri pada studi laboratorium dan metode lainnya dengan mempelajari sampel yang berasal dari jaringan, darah dan cairan tubuh lainnya, menilai perubahan morfologis sel dan jaringan baik dari individu yang masih hidup maupun yang telah mati. Spesialis patologi klinik (termasuk kimia klinis, mikrobiologi, hematologi, imunologi dan imunohematologi) mempelajari perubahan-perubahan biokimiawi, identifikasi agen mikrobiologis penyebab penyakit, perubahan sel-sel darah dan cairan tubuh lainnya, perubahan imunologis dan sebagainya untuk kepentingan diagnosis dan terapi penyakit. Perbandingan antara fokus kajian Fisiologi, Patologi dan Patofisiologi, secara skematis dilukiskan pada Gambar 7.
- Mengarahkan perawat untuk memfokuskan pengkajian data kesehatan klien
- Meningkatkan kemampuan analisa data untuk menetapkan diagnosa keperawatan
- Meningkatkan kemampuan perawat untuk menyusun rencana keperawatan (tujuan dan rasionalisasi tindakan keperawatan)
- Meningkatkan efektivitas pelaksanaan tindakan keperawatan
- Meningkatkan kemampuan perawat dalam menilai kemajuan status kesehatan klien.
- Pemeriksaan Fisik, membahas teknik pemeriksaan tubuh dari ujung rambut ke telapak kaki untuk mencari berbagai tanda yang lazim ditemukan serta gejala-gejala yang menyertainya.
- Keperawatan Maternitas, membahas mekanisme reproduksi normal-abnormal, baik pada masa ante-natal, intra-natal maupun pasca-natal.
- Keperawatan Anak, membahas proses normal-abnormal tumbuh-kembang dan berbagai gangguan kesehatan yang lazim terjadi pada anak.
- Keperawatan Medikal Bedah, membahas berbagai gangguan fungsi tubuh akibat penyakit pada orang dewasa
- Keperawatan Gerontik, membahas proses perubahan normal-abnormal yang terkait dengan proses menua (aging proces)
Etika dan Hukum Kesehatan
Penulis : Alexandra Indriyanti Dewi, SH., M. Hum
Harga : Rp. 62.000
Ukuran : 14 cm x 21 cm
Berat : 320 gram
Dewasa ini, falsafah ilmu kesehatan yang seharusnya dijadikan habitus moralitas dan kemanusiaan bagi para pelaku profesi kesehatan mulai bias dan kabur. Nilai kemanusiaan dan empati dalam sumpah dokter yang sepatutnya dipegang erat dengan jiwa pengabdian penuh asuh dan kasih nampaknya mulai mengikis dengan berkembangnya arus industrialisasi, modernisasi dan globalisasi yang jelas berorientasi pada paham kapitalistik. Lebih memprihatinkannya lagi, ketika paham ini menghantar pemikiran bagi profesi kesehatan bahwa uang merupakan unsur utama dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Hadirnya buku ini bertujuan untuk menyegarkan kembali falsafah ilmu kesehatan yang perlahan mulai menjauh dari perjuangan dan cita-cita mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selama paham kapitalistik hanya dipahami tentang kebutuhan materi, dan masing-masing pelaku profesi kesehatan bekerja sendiri dengan tujuan yang tidak selaras bahkan menyimpang dari habitus yang seharusnya serta tanpa adanya dukungan etika moral dan hukum yang tegas, maka upaya penyelenggaraan kesehatan untuk mensejahterakan rakyat banyak pun akan sia-sia.
Buku ini akan menjawab dan memberikan panduan atas berbagai tantangan profesi yang sangat erat berkaitan dengan permasalahan-permasalahan etis dan moral, sehingga para pelaku profesi kesehatan tidak perlu ragu menjalankannya. Selain itu, dibahas pula soal interaksi yang sepatutnya terjadi ketika bertugas antar pelaku profesi kesehatan. Misalnya saja perawat yang bersinggungan dengan profesi kesehatan lainnya seperti petugas kesehatan masyarakat, farmasi, dokter dan petugas rekam medis. Sehingga diharapkan tidak muncul konflik peran dan pengambilan tugas yang bukan kewenangannya.
Menariknya lagi, buku ini juga dapat dijadikan acuan bagi para pembuat kebijakan kesehatan, guna mendapatkan referensi dalam merumuskan kebijakan-kebijakan baru yang lebih mudah diaplikasikan dan diterima masyarakat. Dengan demikian buku ini tidak saja ditujukan kepada kalangan profesi kesehatan semata, namun juga ditujukan kepada masyarakat scara luas yang ingin mengetahui lika-liku permasalahan kesehatan seperti malpraktek, abortus, euthanasia, transplantasi organ, dll. sehingga terjalin saling pengertian dan kesamaan persepsi.
Minggu, 18 Juli 2010
Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Jumat, 16 Juli 2010
Pembentukan Satgas Bukti Semrawutnya Sistem Hukum di Indonesia
Pembentukan satuan tugas atau tim-tim adhoc lainnya, yang bertujuan mengoptimalkan penegakkan hukum, justru di sisi lain punya ekses negatif.
Kerancuan hukum makin tak terelakkan di negeri yang katanya hendak menjadikan supremasi hukum sebagai asas, mewujudkan hukum sabagai panglima. Karena itu, pemerintah diminta untuk tetap pada cetak biru sistem hukum Indonesia.
Hal ini dikatakan oleh Prof Achmad Ali dan Prof HAS Natabaya di Jakarta, Kamis (6/5/2010).
“... Maka muncullah istilah-istilah yang bernada eforia dan pembodohan. Dalam terminologi hukum, tak ada yang namanya mafia hukum, yang ada adalah suap. Ini (pembentukan satgas pemberantasan mafia hukum), menggambarkan adanya legal chaos”, kritik Achmad Ali.
Mantan anggota Komnas HAM ini mengimbau agar pemerintah kembali kepada fokus penguatan lembaga-lembaga hukum yang diamanatkan perundangan. Kepolisian, Kejaksaan dan Mahkamah Agung (MA) serta lembaga-lembaga pengawas, seperti Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan dan Komisi Yudisial semestinya diperkuat.
"Pun, jika ada dorongan untuk kinerja mereka, KPK sudah bertugas sebagaimana mestinya," imbuhnya.
Pemerintah, menurut Achmad Ali, tak cukup political will untuk menguatkan semuanya itu.
Kritik senada diutarakan oleh Prof HAS Natabaya. Mantan hakim konstitusi ini menilai, pemberantasan korupsi seharusnya tak meninggalkan lembaga-lembaga yang ada.
Dia mengamini, selain penguatan lembaga, perlu adanya penguatan peraturan dan budaya hukum. Namun, pembentukan satgas-satgas, bahkan Mahkejapol versi baru untuk mengkordinasikan penegak hukum, bukan langkah jitu.
“Keberadaan satgas itu harus dipikirkan secara ketatanegaraan. Pemerintah harus punya political will menjaga tatanan hukum yang ada,” pungkasnya. [bar]
Sumber: